Jenderal TNI (Purn) Wiranto SH, MM. dilahirkan di Yogyakarta pada 4 April 1947 dari keluarga Muslim bersahaja. Menikah dengan Hj. Uga Usman SH, MSi, wanita asal Gorontalo, pada 22 Februari 1975. Wiranto hidup berbahagia dan dikaruniai dua orang putri serta seorang putra.
Wiranto memiliki kegemaran di bidang
olahraga seperti tenis dan bulutangkis. Dari kemampuan vokalnya, dia
telah meluncurkan sebuah album yang dari hasilnya disumbangkan untuk
membantu para pengungsi yang tersebar di beberapa daerah di Tanah Air.
Sementara di bidang olahraga, dia pernah menjadi Ketua Umum Gabungan
Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) yang di antaranya menjadi Juara Dunia
tahun 2000. Beberapa saat berselang dia juga sempat menjabat sebagai
Ketua Umum Federasi Karatedo Indonesia (FORKI).
Menapak karier sebagai perwira Tentara
Nasional Indonesia Angakatan Darat (TNI AD) dari Korps Kecabangan
Infantri pada akhir 1968 selepas dilantik dari Akademi Militer Nasional
(AMN) Magelang yang merupakan sentra penggodokan para taruna, Wiranto
yang kala itu menyandang pangkat letnan dua mengikuti berbagai
pendidikan, latihan, dan kursus yang bersifat pengembangan umum maupun
spesialisasi, antara lain, Sussarcab Infantri (1969), Suslapa Infantri
(1976), dan Sekolah Staff dan Komando (Sesko) TNI AD (1984) serta
Lemhanas (1995), dengan prestasi sangat memuaskan sebagai Siswa Terbaik.
Dalam pendidikan pengembangan spesialisasi, dia mengikuti Sussar Para
(1968), Susjur Dasar Perwira Intelijen (1972), dan Suspa Binsatlat
(1977).
Kegiatan dilingkungan pendidikan
kemiliteran digelutinya pada saat menjabat Karoteknik Ditbang Pussenif
(1983) dan Kadep Milnik Pussenitf (1984). Selanjutnya, Wiranto
berkecimpung di lingkungan Baret Hijau Kostrad. Diawali pada 1985
sebagai Kasbrigif-9 Kostrad, kemudian dia diangkat menjadi Waasops Kas
Kostrad pada 1987 dan Asops Kasdivif-2 Kostrad pada 1988.
Perjalanan karier seorang prajurit tidak
terlepas dari faktor dedikasi dan kemampuannya. Demikian halnya karier
Wiranto kian menanjak tatkala ABRI memberi kepercayaan kepadanya menjadi
Ajudan Presiden RI selama 4 tahun (1989-1993). Suatu masa jabatan
Ajudan Presiden yang relatif lama.
Memasuki jenjang pangkat perwira tinggi,
Wiranto mengawalinya dengan memangku jabatan teritorial sebagai Kasdam
Jaya pada tahun 1993 dan setahun kemudian, tepatnya pada 1994, dia
dipromosikan menjadi Pangdam Jaya. Jabatannya melejit lebih tinggi pada
posisi strategis di organisasi TNI AD, setelah dia menduduki posisi
sebagai Pangkostrad pada 1996.
Sekalipun hanya menduduki jabatan
Pangkostrad selama 15 bulan, namun memberinya pengalaman yang tergolong
jarang dimiliki prajurit lain yakni tatkala dipercaya menjadi Direktur
Latihan pada "Latihan Gabungan ABRI 1996", yang dinilai berhasil dengan
baik, sehingga mengantarnya ke jabatan strategis sebagai Kepala Staff
TNI Angkatan Darat (Kasad) pada 1997. selama 8 bulan.
Pada 16 Pebruari 1998, Wiranto dilantik
oleh Presiden RI menjadi Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI.
Kemudian pada 16 Maret 1998, dia diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan
Keamanan/ Panglima Angkatan Bersenjata (Menhankam/Pangab) RI hingga 21
Mei 1998, dia dilantik kembali oleh Presiden RI menjadi Menhankam/
Pangab untuk kedua kalinya. Dengan adanya pemisahan Polri (Kepolisian
Negara RI) dari organisasi ABRI pada 1 April 1999 dan sebutan ABRI pun
berubah menjadi TNI, sejak itu jabatannya menjadi Menteri Pertahanan
Keamanan/ Panglima Tentara Nasional Indonesia (Menhankam/Panglima TNI).
Setelah SU MPR 1999, dalam Kabinet Presiden Abdurahman Wahid, Wiranto
ditunjuk sebagai Menko Polkam. Jabatan ini diembannya hingga Mei 2000
pada saat dia menyatakan mundur dari jabatannya.
Perjalanan kepangkatan Wiranto tergolong
berjalan mulus, berturut-turut diawali dengan pangkat letnan dua
(1968), letnan satu (1971), kapten (1973), mayor (1979), letkol (1982),
dan kolonel (1989). Memasuki tahap kepangkatan Perwira Tinggi diawalinya
dengan pangkat Brigjen TNI (1993), Mayjen TNI (1994), Letjen TNI
(1996), dan Jenderal TNI (1997). Pada 4 April 1999, walaupun masih
berusia 52 tahun, Wiranto memilih pensiun dari dinas aktif (usia pensiun
55 tahun), sebagai konsekuensi dari kebijaksanaannya bahwa setiap
prajurit yang bertugas di luar struktur TNI, harus memilih pensiun atau
alih status, atau kehilangan jabatan dan kembali ke TNI.
Selain ikut aktif mengaktualisasikan
langkah-langkah reformasi internal ABRI, Wiranto juga mendorong beberapa
kebijakan cukup menyegarkan untuk merespons tuntutan reformasi di Tanah
Air. Dia, misalnya, memprakarsai digelarnya Dialog Nasional, yang
terlaksana pada 18 April 1998 di Arena Pekan Raya Jakarta. Saat
menjabata Menhankam/Pangab, Wiranto mencabut penerapan Daerah Operasi
Militer (DOM) di Aceh, pada 8 Agustus 1998. Wiranto juga mendorong upaya
perdamain atas konflik Maluku pada Maret 1999 dan mendamaikan kedua
pihak yang sudah bertikai lebih dari 23 tahun di Timor-Timur pada April
1999.
Setelah mengkahiri dinas aktifnya di
lingkungan TNI, Wiranto tetap terus melanjutkan komitmennya dengan
mendirikan lembaga kajian Ide Indonesia (Institute for Democrasy Of Indoneisa) yang diyakininya sebagai jalan kecil untuk ikut mendorong terciptanya kehidupan demokrasi Indonesia.
Bersamaan dengan perkembangan politik di
Indonesia, maka untuk tetap bisa mengabdi kepada masyarakat, Wiranto
masuk pada Konvensi Partai Golkar dan akhirnya memenangi konvensi Partai
Golkar tersebut atas Ketua Umum Partai Golkar Ir. Akbar Tandjung, ia
melaju sebagai kandidat presiden pada 2004. Bersama pasangan kandidat
wakil presiden Salahuddin Wahid, langkahnya terganjal pada babak pertama
karena menempati urutan ketiga dalam pemilihan umum presiden 2004.
Pada tahun 2006, Wiranto mendirikan
Partai hati Nurani Rakyat, yang berhasil menjadi salah satu parpol
peserta Pemilu legeslatif di tahun 2008, dan meraih peolehan suara
sebanyak 3,7%. Pada Pemilu Pemilihan Presiden tahun 2009, beliau
berpasangan dengan calon presiden jusuf kalla dari partai Golkar,
sebagai calon wakil presiden. Pasangan dengan singkatan JK-Win ini
menempati posisi ke-3 dalam perolehan suara dengan jumlah 12,41 persen.
Hasil Musyawarah Nasional I Partai
Hanura di bulan Februari 2010, menempatkan Wiranto kembali sebagai Ketua
Umum untuk periode 2010-2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar