Militer merupakan sebuah
intitusi yang memiliki ciri khas, namun tidak semua militer seragam di
dalam berfikir dan melakukan langkah-langkah yang di sebut leadership. Oleh karena itu dalam militer pun terdapat pembagian dalam penempatan setiap anggotanya, terlebih bagi seorang Perwira Militer. Seperti misalnya pada saat saya masuk akademi
militer, psikotes pertama yang dijalani adalah penentuan pantas atau tidaknya seorang Wiranto menjadi
seorang militer. Kemudian, tiga tahun kita masuk akademi militer.
Setelah
hampir lulus, kita kembali menjalani tes psikolog untuk menentukan apakah kita masuk golongan manusia penempur
atau bukan. Fighter or non fighter? Yang bukan fighter masuklah bagian
perlengkapan atau bagian kesehatan, yang masuk golongan tempur, maka dia masuk ke infantri dan
kavaleri.
Lalu setelah kita bertugas masuk skuad hampir lulus di tes lagi,
psikotes lagi. Jadi seorang stafer atau komander untuk persiapan nanti
ke panglima atau ke staf. Dengan demikian, di militer pun sudah sadar
bahwa tidak semua anggota militer mempunyai suatu karakter yang sama.
Sehingga kemudian di situlah pentingnya fungsi umum dari psikotes untuk kemudian di arahkan. Di sipil, penggunaan psikotes yang berlapis-lapis atau berjenjang ini tergolong langka, bahkan disejumlah institusi nyaris tidak ada.
Ilustrasi diatas menjelaskan bahwa persepsi tentang kepemimpinan seorang militer dapat disamaratakan adalah tidak tepat. Namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah kesamaan dari seluruh anggota militer terhadap semangat dan jiwa persatuan dan kesatuan dalam institusi militer melalui sistem garis komando.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar